Pemerintah Provinsi Lampung telah
menyelesaikan penyusunan Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)
tahun 2024 sebagai panduan dalam meningkatkan ketahanan pangan di daerah. Hasil
penyusunan menunjukkan adanya beberapa wilayah yang masih tergolong rawan
pangan, meskipun terdapat perbaikan di beberapa indikator utama.
Berdasarkan hasil perhitungan
komposit dari sembilan indikator yang digunakan, ditemukan wilayah-wilayah
rawan pangan yang diklasifikasikan ke dalam beberapa prioritas. Untuk kategori Prioritas
1, yaitu wilayah dengan tingkat kerawanan pangan tertinggi, tidak ditemukan
kecamatan di Provinsi Lampung yang masuk dalam klasifikasi ini. Namun, untuk
kategori Prioritas 2, terdapat satu kecamatan di Kabupaten Lampung
Barat. Sementara itu, untuk kategori Prioritas 3, tercatat empat
kecamatan, yaitu tiga kecamatan di Kabupaten Tanggamus dan satu kecamatan di
Kabupaten Pesisir Barat.
Analisis penyebab kerawanan
pangan di wilayah-wilayah tersebut mengungkap beberapa faktor utama.
Ketersediaan pangan yang tidak memadai menjadi salah satu indikator dominan.
Selain itu, persentase rumah tangga tanpa akses air bersih yang masih tinggi
turut menjadi perhatian. Faktor lain yang berkontribusi adalah tingginya angka
kesakitan di masyarakat, serta rasio jumlah penduduk per tenaga kesehatan yang
tidak seimbang dengan tingkat kepadatan penduduk.
Rapat penyusunan FSVA ini
dihadiri oleh perwakilan dari berbagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD)
terkait, termasuk dinas yang menangani ketahanan pangan. Dalam pertemuan
tersebut, para peserta membahas hasil analisis dan menyepakati langkah-langkah
strategis ke depan. Kesepakatan tersebut ditandai dengan penandatanganan
dokumen hasil FSVA tahun 2024 oleh seluruh pihak yang terlibat.
Hasil penyusunan FSVA 2024 ini
diharapkan menjadi dasar dalam perumusan kebijakan untuk meningkatkan ketahanan
pangan di Provinsi Lampung. Pemerintah Provinsi Lampung bersama instansi
terkait berkomitmen untuk memperbaiki kondisi ini melalui peningkatan ketersediaan
pangan, akses air bersih, layanan kesehatan, dan mitigasi risiko kerawanan
pangan di daerah-daerah prioritas.