Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan, dan Hortikultural Provinsi Lampung bersama stakeholder terkait melakukan pembahasan harga kedelai di Provinsi Lampung. Harga kedelai di tingkat petani dibanderol mulai Rp7.500,- sampai Rp8.500,-/kg.
Batas harga itu secara terperinci tertuang dalam perjanjian kerja sama jual beli kedelai antara kelompok tani pelaksana kegiatan pengembangan kawasan kedelai tahun 2021 dengan Primer Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (PRIMKOPTI) yang disaksikan langsung Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan, dan Hortikultural Provinsi Lampung, Kusnardi.
Ketentuan harga meliputi tiga tingkat lokasi pembelian. Pertama, ditingkat petani, untuk kualitas premium Rp8.500/kg, medium Rp8.000/kg, dan asalan Rp7.500/kg. Kedua, di tingkat pengepul, untuk kualitas premium Rp9.000/kg, medium Rp8.500/kg, dan asalan Rp8.000/kg. Sementara untuk di lokasi pabrik lebih rendah Rp500/kg dari harga impor yang berlaku.
Kriteria kualitas tersebut dipatok dengan ketentuan; premium meliputi maksimal 13% kadar air, maksimal 1% kotoran, dan campuran biji/pecah/rusak. Untuk medium meliputi maksimal 14-16% kadar air, maksimal 2% kotoran, dan campuran biji/pecah/rusak. Sementara untuk asalan meliputi maksimal 17% kadar air, maksimal 3% kotor, dan campuran biji/pecah/rusak.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultural Provinsi Lampung, Kusnardi mengatakan bahwa kedelai Lampung harus mampu kembali berjaya seperti 20 tahun lalu. Dengan meningkatnya harga kedelai dunia maka di Lampung juga ikut terdampak. Apalagi proses jual belinya susah dan petani kedelai di Lampung masih minim.
"Kita sudah sepakat untuk harga. Kita ingin memandirikan kedelai petani Lampung sehingga kedelai bisa berjaya di tanah kita sendiri," kata Kusnardi saat memberikan arahan di Rapat Koordinasi Percepatan Pelaksanaan Kegiatan Kawasan Kedelai dan Komoditi Aneka Kacang dan Umbi Lainnya di Provinsi Lampung di Hotel Horison Bandar Lampung, Kamis, 17 Juni 2021.
Ia mengatakan bahwa produktivitas, luas area, dan kualitas harus kedelai lebih baik lagi. Pemerintah kabupaten/kota juga mendorong petani untuk terus membudidayakan petani kedelai. Sementara naik turunnya harga merupakan hal biasa.
"Ke depan kita punya target 11 ribu hektare sehingga Lampung bisa menjadi sentral kedelai," katanya.
Koordinator Bidang Usaha Tempe FKDB, Erick Teguh Herwinda mengatakan pihaknya siap untuk menyerap hasil petani lokal. Di Provinsi Lampung ada empat lokasi binaan produsen tempe higienis dan siap mensuport sebagai mitra dari pemerintah di Provinsi Lampung.
"Kita menjaga kualitas tempe yang ada. Kita di Jakarta juga sedang melakukan pelepasan ekspor tempe perdana ke Jepang," katanya.