BANDAR LAMPUNG -- Provinsi Lampung mencatatkan tren inflasi yang meningkat sebesar 0,76% pada Mei lalu. Peningkatan itu dipicu daru kenaikan harga kelompok bahan makanan khususnya holtikultura pada periode Ramadan lalu. Namun, gejolak harga itu patut perlu diwaspadai. Melihat adanya resiko gangguan pasokan akibat serangan hama dan wereng.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung, Budiharto Setyawan menjelaskan terbatasnya pasokan ditengah meningkatnya permintaan barang pada Ramadan membuat tingkat inflasi naik menjadi 0,76%. Namun, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) perlu tetap mengantisipasi tekanan inflasi yang masih berpotensi meningkat pasca lebaran khususnya yang bersumber dari harga pangan.
"Resiko itu terlihat dari pergerakan harga komoditas pangan, terutama cabai merah. Sebab, adanya gangguan resiko gangguan pasokan akibat serangan hama dan wereng, serta indikasi pengurangan luas tanam cabai, karena harganya yang rendah sejak awal tahun," kata Budi usai rapat koordinasi Lampung Economic Update 2019 di KPw BI Lampung, Kamis (27/6/2019).
Disamping itu, lanjutnya, berakhirnya periode panen raya padi turut menambah resiko tekanan inflasi. Meskipun, cadangan Bulog terpantau baik. Selain itu, TPID itu juga perlu mewaspasai risiko dari kenaikan harga bahan bakar minyak non subsidi. Hal itu berdasarkan tren kenaikan harga minyak dunia pada triwulan II.
Atas kondisi itu, BI menilai perlu ada langkah antisipatif secara konkrit ditengah risiko tekanan inflasi yang masih cukup besar. Menurutnya, TPID bersama seluruh pemangku kepentingan lainnya harus memastikan kecukupan pasokan dan keterjangkauan bahan makanan khususnya holtikultura yang harganya rentan bergejolak.
Sumber : Lampost